Book Review

Selasa, 10 Maret 2015

Review The Mortal Instruments - City of Heavenly Fire

Jumat, 6 Maret kemaren gw ke Bandung buat Doa Pengerja di GBI Aruna.. dan karena gw kebagian berangkat pagi jadilah gw ngautis di IP seharian sampe sore.. gw awalnya mau menganggap IP seperti rumah sendiri yah tapi apa daya karena keterbatasan dana gw ga bisa menganggap IP seakan rumah dimana gw bisa comot sana comot sini dengan sesuka hati.. hahaha.. dan seperti biasa kalo ke mall manapun, satu tempat yang wajib gw kunjungi adalah Gramedia,, sekalian gw mau cari Conan terbaru dan ternyata... gw liat penampakan buku yang dari taun lalu gw tunggu kehadirannya! The Mortal Instrumets last book!! City of Heavenly Fire!! yayyy ga perlu mikir panjang lgsg saja gw beli. Gw baca beberapa bab awal di Food Court IP saking ga ada kerjaannya gw yahh sekalian killing time... Oke, gw skrg udh selesai baca CoHF dan gw mau bahas dikit tentang isinya.



“If I cannot reach Heaven, I will raise Hell.” - Sebastian

Sebastian membuat pasukan dari para Pemburu Bayangan dengan memaksa mereka meminum darah Lilith dari Piala Infernal yang membuat para Pemburu Bayangan menjadi Yang Tergelapkan. Kaum Yang Tergelapkan tidak dapat lagi diselamatkan karena jiwa mereka sudah mati. Emma Carstairs dan sahabatnya Julian melarikan diri melalui Portal saat Institut mereka diserang. And then, Sebastian meminta pada Kunci agar Clary dan Jace diserahkan padanya jika tidak ingin terjadi perang. Institut-institut telah diserang dan banyak Pemburu Bayangan mati.

Singkat cerita, perwakilan Dewan diculik,, Luke yang mewakili anak-anak bulan - werewolf -, Raphael mewakili anak-anak malam - vampire -, Magnus Bane dari kaum warlock, Jocelyn mewakili Pemburu Bayangan... mereka semua dibawa oleh Sebastian ke suatu tempat. Edom. Dunia Setan. Pro dan kontra muncul di kalangan Pemburu Bayangan tentang menyerahkan Clary dan Jace pada Sebastian.. yang akhirnya tentu sajalah dapat ditebak, Clary pasti pergi menyelamatkan Jocelyn kan.. Akhirnya, Jace, Clary, Alec, Izzy dan Simon pergi ke Edom melalui portal Clary. Mereka harus pergi ke dunia peri untuk dapat sampai ke Edom,, dan saat mereka tiba di dunia peri mereka mendapati bahwa Ratu Peri ternyata berkhianat dan bekerja sama dengan Sebastian. Ratu akhirnya mengantar mereka ke jalan menuju Edom setelah Jace membunuh Meliorn si manusia setengah peri yang di tempatkan di Dewan karena ia bisa berbohong. Well, the true faerie cannot lie.

Sebastian menunggu mereka di Edom. Jace menyadari bahwa ia seperti berada di Alicante. Dan mereka sadar bahwa Edom adalah versi paralel dari Alicante. Jace mengeluarkan semua api surgawinya saat ia bertarung melawan iblis, namun Clary diam-diam menyegel api surgawi itu di pedang miliknya sementara Raphael harus mati karena ia tidak sanggup membunuh Magnus yang pernah menyelamatkan nyawanya waktu ia masih kecil. Sebastian membunuh Raphael.

Tibalah saat dimana Jacee dan Clary berhadapan dengan Sebastian. Sebastian meminta Clary menjadi Ratu-nya dengan pertukaran bahwa Sebastian akan menyelamatkan Jace, Jocelyn dan semua teman Clary. Tidak hanya itu,, Sebastian juga berjanji akan menghentikan perang dan itu artinya Clary menyelamatkan dunia. Clary menerimanya dan berhasil mengelabui Sebastian kemudian Clary menusukkan belatinya yang penuh dengan api surgawi pada Sebastian. Sisi gelap Sebastian hilang dan lu tau ga sehhhhh... tiba-tiba aja Sebastian jadi baik hati di tengah sekaratnya .... Matanya berwarna hijau dan Jocelyn memluknya sampai ia meninggal.

“I've never felt so... light.” - Sebastian

Masalah baru adalah mereka terjebak di Edom karena Sebastian telah menghancurkan dan menyegel jalan untuk pulang. Jalan satu-satunya adalah memanggil ayah Magnus yang merupakan petingi Neraka. Lucu abis waktu gw baca mantra Magnus untuk memanggil ayahnya. Seperti Doa Bapa Kami yang dibalik. Isinya kira-kira begini...
"Ayahku, nistalah namamu.. jadilah kehendakmu di Edom seperti di Neraka, tidak usah mengampuni dosaku...."

Oke, lanjut. Ayah Magnus meminta keabadian Magnus untuk ditukar dengan jalan pulang dan berakhir dengan Simon yang menyerahkan ke-immortal-an nya pada ayah Magnus. Tapi tidak cukup sampai disana, ayah Magnus jg menghilangkan semua memori Simon.

Di alam nyata, Simon benar-benar tidak mengenal Clary dan yang lainnya termasuk Izzy. Clary, Magnus dan Izzy secara perlahan mendekati Simon sampai rasanya Simon bingung. Well pada akhirnya memang alam bawah sadar Simon tidak mungkin melupakan segalanya. Dalam selebaran band-nya ia menuliskan nama band nya dengan nama yang sangat tidak asing bagi Pemburu Bayangan.

“SIMON LEWIS, ERIC HILLCHURCH, KIRK DUPLESSE, AND MATT CHARLTON
"THE MORTAL INSTRUMENTS" 
MAY 19, PROSPECT PARK BAND SHELL 
BRING THIS FLYER, GET $5 OFF YOUR ENTRANCE FEE!” 

Instrumen Mortal. Dan pada akhirnya pun semua bahagia. Simon seringkali memimpikan Izzy dan ia mulai ingat bagian-bagian yang hilang dan pernah terjadi padanya.

“Clary," he said. "You're Clary. You're my best friend.” - Simon

Menurut gw ini buku lumayan okelah, beberapa hal yang gw kurang suka adalah alur cerita yang agak mudah ditebak, a bit boring karena terlalu banyak POV. Oh! Ini yang gw paling ga suka... ketika suatu plot berubah tidak diberi jeda ataupun subline. Menurut gw sih penting ya, karena disaat gw lagi baca kawanan Jace di Edom.. tiba-tiba saja paragraf selanjutnya menceritakan si Emma di Institut.. Imaji gw jd kepotong tiba-tiba. Ukuran font mungkin bisa 2pt di perbesarlah biar mata gw kaga jangar bacanya.

Nah,, sekarang tinggal tunggu sekuelnya tentang Emma and Julian di trilogi The Dark Artifices.
Anyway.. di buku terakhir ini ada James Carstairs as Brother Zachariah... Theresa Gray juga muncul. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar